Sunday, December 7, 2025
HomeKebaikan Tidak Pernah Merugikan Siapapun

Kebaikan Tidak Pernah Merugikan Siapapun

Sabba papassa akaranam, kusalassa upasampada Sacittapariyodapanam, etam Buddhana sasanam

Kurangi kejahatan, Perbanyak kebajikan, Sucikan Pikiran, Inilah ajaran Para Buddha

(Ovadapatimokkha)

Berbuat baik memang mudah untuk diucapkan tetapi tidak mudah untuk diaplikasikan, meskipun banyak orang sudah mengetahui apa arti dan manfaat kebaikan, tetapi tidak banyak juga yang mau melakukannya; Itulah pelajaran tersulit yang ada didunia melebihi pelajaran matematika, fisika & kimia (Mafia) oleh karena itu hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memahami kebenarannya. Dalam Buddhisme, ada tiga jenis yang menyebabkan hal itu terjadi, yang pertama yaitu adanya napsu keinginan; membuat seseorang hanya melihat apa yang ingin ia lihat, napsu keinginan membelokkan kebenaran sehingga sesuai dengan apa yang disukai oleh seseorang, yang kedua dan yang ketiga adalah adanya kehendak buruk dan keragu-raguan yang bersifat tidak pasti; kehendak buruk membuat seseorang menjadi buta pada apapun juga, merusak pandangan baik seseorang dan mengubah kebenaran dengan penyangkalan/ pembenaran.

Oleh karena itu Sang Buddha mengatakan bahwa “Sabba rasam dhammaraso jinati; Rasa dhamma sesungguhnya melampaui dari segala rasa”, ketika seseorang mampu menyadari kebenaran yang di sabdakan oleh Buddha maka ia akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sangat tidak terkira lagi. Kebenaran yang dimaksud disini adalah adanya analisis melalui dari apa yang telah ia ketahui (Dhammavicayo & Vijja Udapadi) kemudian setelah itu hendaknya ia sejalan dengan tindakan yang nyata (Ehipassiko) sehingga hasilnya akan diketahui dengan jelas (phala & Vipaka), maka dalam Buddhis ada istilah Pariyatti Dhamma & Patipatti Dhamma; sesudah mengetahui hendaknya ia harus mendorongnya dengan aplikasi/ tindakannya supaya pengetahuan itu terbukti kevalidtan hasilnya. “Sang Buddha memperumpamakan; orang buta yang ditanya untuk menjawab seperti apa gajah itu? maka ia bisa saja akan menjawab bahwa gajah itu seperti halnya sebuah gunung, seperti kipas, atau mungkin seperti yang lainnya” mengapa demikian, karena persepsi yang tidak dilihat secara langsung bisa mendeskripsikan pola pikir yang tidak benar” Asare Saramatino Sare casaradassino te saram nadhigacchanti micchasankappagocara; Meraka yang menganggap ketidak benaran sebagai kebenaran, Dan kebenaran sebagai ketidak beneran, maka mereka yang mempunyai pikiran keliru seperti itu, tidak akan pernah dapat menyelami kebenaran (Dpd.Yamaka Vagga I-11).

Ingatlah bahwa ketika kita masih tetap melihat kebaikan sebagai kebaikan itu artinya kita memahami tentang keluhuran, ketika kita masih tetap melihat kebajikan adalah kebajikan itu artinya kita mengerti tentang kebahagiaan, ketika kita masih melihat cinta kasih dan kasih sayang adalah bentuk dari sifat-sifat mulia itu artinya  kita mengerti arti tentang kepedulian, tidak saling iri hati maupun benci. Oleh karennya, selagi kita masih memiliki kesempatan baik didunia ini lakukanlah sesuatu yang terbaik didalam hidup, baik buruknya kitalah yang menciptakannya. Cita-cita luhur akan kita peroleh asalkan nilai-nilai kebaikan senantiasa tetap kita jalankan, dan apabila kita mau bersadar diri kebahagiaan tidak akan sulit kita peroleh. Upaya dan usaha yang baik tidak akan membawa penderitaan tetapi yang ada adalah sebaliknya. Yakinlah segala sesuatu didunia ini bukanlah sesuatu yang sulit, hanya saja semuanya membutuhkan proses dan waktu.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,

Semoga Semua Makhluk turut berbahagia,

Sadhu…Sadhu…Sadhu…

Penyaji : Bhikkhu Aggacitto Thera

RELATED ARTICLES

Most Popular