“Orang yang selalu mencari kesenangan tidak dapat mengendalikan indria-indrianya, malas dan lemah, ia pasti akan ditaklukan oleh mara, bagaikan pohon kayu yang lemah ditumbangkan oleh angin topan yang dahsyat.” [Dhp.7].
Dalam agama Buddha etika dan moral menjadi landasan dasar utama, yang merupakan bagian perwujudan dari kebutuhan pengembangan diri dari manusia yang selalu berproses. Lebih dari sekedar melakukan upacara, Buddha menekankan bahwa moral atau menjalankan sila, hidup yang bersusila “Saya tak akan menaruh kayu Brahmana, untuk umpan api di altar. Hanya didalam diri, api saya nyalakan. Dengan api yang tidak putus-putus membakar ini, dan dengan diri yang selalu dikendalikan, saya jalani kehidupan mulia dan luhur“ [S.N., II.320]. Perlunya etika timbul dari kenyataan bahwa manusia tidak sempurna; ia harus melatih dirinya untuk menjadi baik, jadi moral sangat menjadi aspek penting dalam kehidupan. Moralitas dalam ajaran Buddha memiliki tujuan praktis yang menuntun seseorang menuju kebahagiaan, kesempurnaan hidup. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi seseorang agar selalu menjaga kedisiplinan moral. Dengan menjaga disipllin moralitas, maka seseorang akan mudah bergaul dengan semua golongan. Karena kedisiplinan moral yang tinggi, sesuatu yang seseorang lakukan dalam seharian-hari, akan sesuai dengan Dhamma dengan demikian segala sesuatu yang dilakukan akan penuh perhatian. Sehingga segala tindakan buruk yang dapat memberikan pencemaran pada batin akan dapat terminimalisir, namun sebaliknya dari moralitas yang baik tersebut akan dapat menjadi suplemen bagi batin yang bermanfaatnya dapat menyehatkan. Disisi lain manfaatnya bisa menjadi pengaruh bagi komunitas maupun lingkungan, karena seseorang yang memiliki pengendalian diri yang baik akan diperhitungkan menjadi suri tauladan. Diri sendirilah yang membuat diri jadi jahat. Diri sendirilah yang membuat diri jadi ternoda. Diri sendirilah yang membuat kejahatan terjadi. Namun diri menjadi suci dari noda. [Dhp.165].
Pendekatan dhamma akan selalu memberikan dampak pengaruh positif; pada ketenangan dan kedamaian dalam diri seseorang. Karena prinsip dari dhamma adalah sebagai sang jalan yang memudahkan perjalanan yang akan ditempuh menuju kebijaksanaan. Dhammapiti sukham seti, Vippasannena cetasa, Ariyappavedite dhamme, sada ramati pandito; Ia yang mengenal dhamma akan hidup bahagia dengan pikiran tenang, orang bijaksana selalu bergembira dalam ajaran yang dibabarkan oleh para Ariya. Apabila seseorang menemukan seorang sahabat yang bijaksana, seorang kawan yang hidup dengan moralitas luhur, yang berhati-hati dan mengatasi segala bahaya, maka hiduplah bersamanya dengan kebahagiaan, dengan penuh perhatian dan kewaspadaan. Sebaliknya apabila seseorang tidak menemukan seorang sabahat yang bijaksana, seorang kawan yang hidup dengan moralitas luhur, yang berhati-hati dan telah mengatasi segala bahaya, maka hendaknya seseorang hidup sendiri bagai Cula Unicorn [S.N., 45-46].
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,
Semoga Semua Makhluk turut berbahagia,
Sadhu…Sadhu…Sadhu…
Oleh : Bhikkhu Aggacitto

