Sunday, December 7, 2025
HomeUncategorizedPERUBAHAN MEMBERIKAN ARTI

PERUBAHAN MEMBERIKAN ARTI

Satu hal yang menyamakan antara satu dengan yang lainnya didalam kehidupan manusia yaitu tercapainya kebahagiaan, bisa dikatakan manusia terlahir didunia ini tidak ada yang mengharapkan sebuah penderitaan didalam kehidupannya. Meskipun demikian harapan dan kenyataan terkadang sangatlah jauh berbeda, semua itu bukanlah karena dipengaruhi oleh siapa-siapa, melainkan itu semua dikarenakan oleh dirinya sendiri yang tidak mampu mentransformasikan dirinya secara maksimal dalam menjalani hidupnya. Manusia lebih cenderung manja, pasrah dan menggantungkan diri terhadap sesuatu diluar dari dirinya sendiri sehingga ketidak berdayaan yang ada didalam dirinya memberikan pengaruh terhadap kehidupannya.

Memahami makna ajaran Buddha berarti juga memahami tentang adanya hukum sebab dan akibat, sehingga dengan demikian ini dapat menjadi kajian bahwa setiap orang pada akhirnya akan mengalami suatu kondisi perubahan hidup. Atthaloka Dhamma; A.N VIII-2 Buddha mengajarkan bahwa untung dan rugi, dihormati dan dihina, dipuji dan dicela, kebahagiaan dan penderitaan, adalah bagian dari kondisi yang nyata dari sisi dunia ini. Sebagian besar manusia hanya berusaha mengejar pengalaman yang positif dan berjuang sekuat tenaga untuk menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan, tetapi bagi seseorang yang telah melatih ajaran Buddha maka ia akan berupaya untuk menerima keduanya, baik yang positif  maupun yang negatif.

Perbuatan yang dilandasi dengan kesadaran akan memungkinkan nilai-nilai spiritual semakin kokoh. Harapan dan keinginan untuk hidup penuh cinta kasih, bukan kekerasan atau kekejaman dan iri hati akan dapat terwujud. Tetap tenang dan teguh dalam menghadapi segala bentuk macam godaan, tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh emosi yang membabibuta yang dapat memunculkan perasaan benci, dendam dan permusuhan. Dan integritas hidup semuanya akan dapat dicapai  apabila segala sesuatunya dimulai dari diri sendiri, untuk mencapai semua itu tentu diperlukan sebuah tatanan aturan yang konsisten, kemauan untuk mencoba, kedisiplinan dan kebiasaan. “Kesempurnaan itu adalah sebuah seni yang terbentuk melalui pelatihan dan kebijaksanaan, Kita adalah rangkaian dari apa yang kita lakukan berulang-ulang. Oleh karena itu, kesempurnaan bukanlah sebuah tindakan tetapi sebuah kebiasaan (Aristoteles).

Didalam salah satu buku karangan Napoleon Hill yang berjudul “Think and Grow Rich” dituliskan  “Andalah kapten jiwa dan penentu kehidupan anda”, kemudian didalam “Loka Vagga XII ; Syair 168 Sang Buddha juga bersabda “Uttitthe nappamajjeya dhammam sucaritam care Dhammacari sukkham seti asmim loke paramhi ca” yang artinya Bangun jangan lengah tempuhlah kehidupan dengan benar, barang siapa yang menempuh kehidupan dengan benar, maka ia akan hidup bahagia didunia ini maupun di dunia berikutnya. Dari uraian yang sederhana tetapi memiliki makna yang sangat mendalam tersebut, tentu dapat dijadikan renungan bahwa sebenarnya kehidupan siapapun tidak ada yang mempengaruhinya/ mengaturnya melainkan tergantung bagaimana seseorang menjalaninya. Kehidupan sekarang ini ibaratkan sebuah kapal yang diawaki oleh seorang Nahkoda, kemana arah dan tujuan kapal tergantung bagaimana seorang nahkoda mengarahkan kapal tersebut, tanpa ada seorang nahkoda kapal tidak akan mungkin kapal dapat berjalan dan sampai kepada tujuan.

Untuk itu hendaknya seseorang yang sudah menyadari jika kehidupan ini tegantung pada dirinya sendiri maka seseorang seyogianya harus berani memulai dan berani merubah hidupnya. Meskipun didepan banyak rintangan, banyak badai dan gelombang yang menghadang janganlah pernah sedikitpun takut menghadapinya, “appamadena sampadetha”. Tingkatkanlah kebajikan karena kebajikan adalah salah satu sumber spirit yang mempunyai kekuatan yang dapat membantu merubah kehidupan menjadi lebih baik, yang dapat memberikan kebahagiaan. Janganlah pernah melakukan kesalahan atau keburukan meskipun itu kecil. Yakinlah keteguhan dengan segenap daya upaya benar yang dilakukan akan membuahkan hasil yang gemilang. “Sesuai dengan benih yang ditabur maka itulah buah yang akan dipetik, pelaku kebajikan akan menuai kebajikan pelaku kejahatan akan menuai kejahatan (Samyutta Nikaya I:227).

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,

Sadhu…Sadhu…Sadhu…

 

Penyaji ; Bhikkhu Aggacitto Thera

RELATED ARTICLES

Most Popular